“aku juga ingin bahagia saat melihat orang lain bahagia, jika bahagia sesederhana itu”
Sering kali aku dengar mereka yang dapat berbahagia saat melihat orang lain berbahagia. Aku berfikir apakah mereka benar-benar merasakan bahagia? Atau karena sifat empati yang membuat mereka merasakan hal tersebut?
Aku tidak ingin memunafikan diriku dalam tulisan ini, karena sejujurnya dalam seumur hidupku aku tidak pernah merasakan apa-apa ketika melihat orang lain bahagia. Entah hanya aku saja yang berbeda atau mungkin ada banyak juga orang-orang di luar sana yang merasakan hal yang sama tapi berusaha menutupinya. Karena menurutku kebahagiaan datang karena adanya ketenangan ketika mendapatkan hal tersebut. Bukan kebanggaan tapi lebih kepada kelegaan.
Contoh kecil ketika melihat seseorang sudah dapat menyelesaikan studinya tepat waktu sedangkan kita masih jauh dibelakang, dalam acara apapun aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang ia rasakan, karena kegelisahan yang masih menyelimuti pikiranku atas pekerjaan-pekerjaan yang belum terselesaikan atau menerka berapa langkah lagi hingga aku bisa seperti dia.
Namun, bukankah bahagia yang diinginkan semua orang adalah yang mendatangkan ketenangan?
Itulah mengapa masih banyak orang yang berpura-pura bahagia atau berpura-pura baik-baik saja. Anggaplah mereka yang bermain di bar, mabuk-mabukan mencoba untuk menikmati kebahagiaannya. Tapi justru yang mereka lakukan bukan menuju kebahagian, hanya menuju sebuah kepura-puraan yang mereka coba tutupi.
Mungkin, menurutku diantara kebahagiaan orang lain yang tidak dapat kurasakan, ada satu hal yang cukup membuatku ikut bahagia ketika oragn lain bahagia. Yaitu ketika aku dapat membantu orang tersebut. Ketika ia terlepas dari masalahnya, ada sedikit rasa ikut lega karena bisa membantunya.
Ketika kita dapat membantu seseorang dan dapat melepaskan ia dari masalahnya, aku cukup dapat merasakan kebahagiaan itu.