top of page
  • Writer's picturesenja sore

Satu Tahun Terakhir Kita

Updated: Aug 30, 2021

bulan agustus, saat kufikir hari-hari baik akan kulewati, aku lupa bahwa semakin lama aku berada di dunia ini, semakin berat pula ujian yang akan kuhadapi.

beberapa waktu lalu, aku menerima kabar bahwa sahabat baikku pergi untuk selamanya (Allahu yarhamha). kami tidak berteman baik dulu. hanya sekedar mengenal nama saja. tapi disaat yang tepat kita menjadi akrab dan saling bertukar pendapat terhadap banyak hal.

aku bukanlah orang yang pandai berteman. karena beberapa sebab aku memilih untuk tidak akrab dengan semua orang, atau lebih tepatnya aku tidak ingin berteman dengan masa laluku.

tapi dia mengubah segalanya. dari apa yang aku pahami, dia selalu memandang spesial orang disekitarnya. ia selalu berusaha ceria dan pandai akrab dengan semua orang. termasuk aku. entah karena apa aku bisa terbebas dari mimpi burukku. ia terlalu baik untuk orang yang sedang berjuang melawan sakitnya.

banyak hal yang kami obrolkan semasa kuliah dulu. dari urusan organisasi sampai curhatan masa depan. ia selalu berfikir ingin menjadi dia atau dia, ingin bisa pergi kesana kemari, "tanpa mengatakan alasan kenapa tidak dilakukan saja". karena kita sama-sama tahu, keadaannya tidak memungkinkan dia untuk pergi jauh.

sejujurnya, selama mengenal dia, aku tak pernah benar-benar melihat ia terbaring sakit. aku hanya dengar dari beberapa orang, katanya tidak akan ada yang sanggup melihatnya ketika ia sakit. yang aku herankan adalah ia dapat menyembunyikan kesakitan itu dihadapan semua orang. termasuk aku.

aku tak ingin bercerita bagaimana awal persahabatan kami dulu. aku ingin mempersingkat cerita ini dimulai dari satu tahun yang lalu. . .

pada saat itu kami berdua mengalami masalah yang cukup rumit. mungkin masalahku tidak serumit masalahnya, namun kami sama-sama berusaha menghadapinya. hampir setiap hari kita bersapa di sosial media, menanyakan kabar, membalas status whatsApp atau story instagram, bercerita tentang apa yang terjadi hari ini, saling memamerkan makanan, mengejek persoalan mandi. dll. bahkan jika dalam waktu dua hari kami tidak saling bersapa terasa sudah seminggu atau bahkan sebulan tidak mengobrol.

satu tahun lalu, ia sering bercerita tentang keresahan hatinya terhadap kehidupan yang ia jalani saat itu. tepatnya bulan agustus tahun lalu. ia mengaku selalu sedih dan ingin menyendiri. mungkin yang ia ceritakan hanyalah masalah-masalah kecil, jika saja aku tahu pesan-pesan itu adalah sebuah tanda ia akan pergi, mungkin aku bisa sedikit membantu masalahnya. dia mulai overthinking tentang pekerjaan-pekerjaannya, tentang candaan dan sindiran dari rekan kerjanya, semua menjadi sebuah batu kecil yang mengenainya sepanjang waktu. aku akui satu tahun ini ia sering sekali mengirimku stiker dengan wajah sedih.

semua berjalan seperti halnya air yang mengalir disungai, tidak ada yang aneh, semua terasa sangat normal bagiku. bahkan saat ia mengabarkan kondisinya yang jatuh sakit, akupun merasa yakin ia akan kembali sembuh seperti sebelumnya. dia pun masih bisa bercanda meskipun berada di rumah sakit. masih terlihat ceria tanpa menunjukkan gejala sakit yang parah di wajahnya.

tiba-tiba suatu hari yang tenang teman-teman didalam grup whatsApp mengabarkan kondisnya yang memburuk. mereka berinisiatif untuk memberikan bantuan untuk sedikit membantu pengobatannya. dan hari itupun aku mulai menangis. entah apa yang aku fikirkan, tapi aku benar-benar ketakutan.

aku mulai memberanikan diri untuk menyapanya, menanyakan keadaannya... dan dia mulai menceritakan rasa sakit yang dideritanya. setiap detik apapun yang dia rasakan dia berusaha menuliskannya padaku. semua perkembangannya. namun ia tidak ingin orang-orang mengkhawatirkannya. ia masih berusaha tenang, berusaha ceria dan berusaha menahan rasa sakit yang dihadapinya. ia masih punya tekad untuk sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti dulu lagi.

kondisinya saat itu naik turun, beberapa kali setelah pulang dari rumah sakit ia kembali bekerja. padahal aku sudah mencoba untuk melarangnya agar tidak kelelahan. namun aku juga bukan orang yang bisa menjamin kehidupannya tanpa pekerjaannya saat itu. dan akhirnya aku hanya dapat mensupport apapun yang akan ia lakukan jika itu membuatnya bahagia.

dua bulan terakhir sebelum kepergiannya, ia bermimpi tentang makam ayahnya. ia sampaikan itu melalui pesan singkat dan aku berusaha berfikir positif bahwa ini tidak berarti apa-apa. aku coba menenangkannya dan mengalihkan topik pembicaraanya. padahal itu adalah salah satu isyarat untuk mengatakan salam perpisahan padaku. tapi aku menolaknya.

beberapa hari setelah itu dia bilang, "boleh g si aku bilang g kuat, capek banget rasanya, pengen kaya orang-orang yang bisa jalan kesana kemari, makan itu makan ini". aku bilang ke dia "apapun yang kamu rasakan bukan hal yang mudah. g semua orang bisa menanggung selayaknya kamu menanggung semua itu. g masalah kalo kamu capek, g masalah kalo kamu g kuat, tapi jangan menyerah dan bangkit lagi". dan lagi-lagi dia menangis.

banyak hal yang ia bicarakan di satu terakhir ini. aku tahu ia berusaha untuk tidak berpisah dengan dunia ini, tapi takdir tetaplah takdir.

dan hari itupun tiba, seperti mimpi. mati rasa. seperti tidak nyata. aku berusaha sadar apa yang terjadi dan mulai menangis. aku tahu semua bersedih. layaknya hari itu seluruh kenangan terputar dan menghilang.

5 views0 comments

Recent Posts

See All

My Best Friend

#30dayswritingchallenge “She was a good friend for me, but I wasn’t” Along time ago I met a friend, we knew each other since we were classmate when my age 17. But we never talked much thing. And she w

About Happiness

#30dayswrittingchallenge “aku juga ingin bahagia saat melihat orang lain bahagia, jika bahagia sesederhana itu” Sering kali aku dengar mereka yang dapat berbahagia saat melihat orang lain berbahagia.

Harmony History (part 1)

Turki Usmani: Şehzade Camii, Vefa dan Süleymaniye Camii Pelafazan huruf-huruf turki: "Ç" dibaca c biasa, "C" dibaca j, "Ş" dibaca sy, "V" dibaca w. Kosa kata Bahasa turki: “Hoca” artinya guru besar, “

bottom of page